Wednesday, December 28, 2011

Prolog

Ini adalah Prolog Novel Januari 50K saya  -Pisau sang Pembunuh!- Jumlah kata di prolog ini tidak akan di hitung di 50.000 kata nanti heheh :-)
Prolog

Dia berjalan menyusuri lorong lantai tiga wisma Rose dengan pelan. Tangan kanannya memegang sebilah  pisau. Pisau itu indah, gagangnya  terbuat dari perak. Dia membeli pisau itu di Berlin beberapa waktu yang lalu saat sedang berlibur di Jerman. Dia sedang berjalan di pusat perbelanjaan di Berlin ketika matanya tertuju pada sebuah toko pisau.
Messer zu töten! Knife to kill!” Begitu kata penjual pisau, seorang pria Jerman bertubuh jakung dan berkaca mata  padanya saat dia tertarik pada pisau bergagang perak itu.
Ich will es, I want it!” Katanya dengan bahasa Jerman terbata-bata. Penjual itu menatapnya lama.
“Its dangerous, gefährlich! Very sharp” kata penjual Pisau itu lagi. Dia menatap penjual pisau itu sebentar. Mengeluarkan seribu mark dari saku bajunya
“Take this! I want this Knife.” Katanya, disambut senyum senang penjual pisau. Harga pisau itu hanya 500 mark.
Begitu pisau itu terbungkus rapi dalam tasnya, perasaan senang luar biasa menghinggapinya. Entah mengapa dia tiba-tiba merasa sangat nyaman. Dan sekarang perasaan itu kembali lagi. Perasaan senang luar biasa memenuhi hatinya. Yah! Pisau ini sempurna, sangat sempurna untuk mengakiri hidup orang. Pisau ini dibuat khusus untuk membunuh. Dan memang, pisau ini sangat tajam. Dia pernah mengayunkan pisau itu ke daging sapi mentah. Hanya satu kali sayatan, daging itu terbelah menjadi dua. Perasaan senang kembali meliputinya, dia membayangkan daging manusia yang terbelah karena pisau perak itu.  Dia membayangkan tubuh perempuan itu yang disayat pisau ini. Dia menghentikan langkah di depan sebuah kamar. Yah, ini kamar perempuan itu. tidak salah lagi! Dia mengetuk pintu.
“Siapa?” tanya sebuah suara seorang perempuan yang terdengar kelelahan dari dalam. Dia tidak membalas, tetapi terus mengetuk.
“Siapa? Masuk saja pintu tidak dikunci!” teriak perempuan itu lagi. Dia tersenyum dan kemudian membuka pintu itu.
“Siapa kau?” Perempuan di dalam kamar terkejut saat melihatnya. Dia tersenyum jijik melihat perempuan itu mencoba menutup badannya yang telanjang dengan selimut. Dasar sundal! Makinya jijik dalam hati. Dia mendekat ke arah perempuan itu.
“Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan dengan pisau itu?” perempuan itu menjerit. Dia melangkah semakin  mendekat ke arah perempuan itu. Dan kembali perasaan senang luar biasa menghampirinya, perasaan senang seperti pertama kali dia memiliki pisau  itu.
*
SAIFUL sedang menyeruput kopi gelas keduanya, ketika telepon di depannya berbunyi. Dia melirik jam  di dinding ruang piket dan menggerutu. Pukul tiga pagi! Saiful mengangkat gagang telpon dengan malas, berdoa itu bukan laporan pembunuhan. Sejujurnya satu setengah gelas kopi yang telah bermuara di lambungnya sama sekali tidak membantu mengurangi kantuknya. Kalo itu adalah laporan pembunuhan, mau tidak mau sebagai polisi yang piket, dia harus mengunjungi tempat kejadian perkara.  Memang piket pagi adalah piket yang paling dihindari dan biasanya piket pagi dibebankan pada polisi yang baru keluar dari pendidikan bintara sepertinya.
“Halo selamat pagi, kepolisian daerah Wedangan disini. Ada yang bisa kami bantu?” Katanya ketika gagang telpon telah bermuara di kuping dan mulutnya.
“Ada pembunuhan, Pak. Ada pembunuhann!” Suara seorang perempuan terdengar ketakutan dari seberang sana. Saipul berubah serius, dengan berat hati dia mengucapkan selamat tinggal pada sisa piket yang tenang.
“Dimana pembunuhan itu, Bu?”
“Wisma rose, Puplt street. Mayatnya di lantai tiga. Cepat datang pak Polisi!” Saiful mengerutkan kening mendengar perempuan di telepone itu mengatakan puply street. Itu adalah kawasan pelacuran yang terletak di sebelah selatan kota Wedangan.
“Baik, kami akan segera ke sana! Jangan lakukan apapun pada mayat itu, jangan ada yang masuk ke dalam tempat pembunuhan!” Perintahnya tegas. Tiba-tiba kantuk dan kemalasannya hilang. Pembunuhan di puply street! Wooow sangat menarik. Segera dia mengangkat gagang telpon dan menghubungi polisi piket di direktorat  resere dan kriminal.







No comments:

Post a Comment